PROTOTIPE
hasil perkawinan silang jagung Srikandi Kuning I (Sulsel) dan
Guluk-guluk (Madura) mempercepat masa panen dari 100 hari menjadi 65-75
hari, adaptif terhadap lahan kering, produk tahan virus, dan tongkol
jagung panjang.*
Hasil penelitian Dosen Fakultas Biologi UGM Dr Diah Rachmawati, M.Si, kawin silang tersebut bisa mempercepat pembuahan jagung dan masa pertumbuhan hingga panen hanya 65-75 hari, tahan virus CMV (Cucumber Mosaic Virus), kandungan protein dan lemak tinggi, bisa ditanam di lahan kering. “Ini kabar baik persilangan jagung, saya berharap musim tanam jagung ini petani lebih cepat dan padat,” kata dia, Kamis (17/4/2014).
Penelitian itu sejak 2009 bekerjasama antara Rachmawati dan tim dengan Balai Penelitian Tanaman Serealia, memanfaatkan empat daerah sebagai uji coba penanaman, yaitu Klaten, KP4 UGM, Pamekasan (Madura), dan Maros (Sulawesi Selatan). Pemilihan daerah uji coba dikaitkan dengan kondisi lahan empat daerah yan berbeda, yaitu lahan sawah seperti Klaten, lading (KP4 UGM), tanah kering, dan berpasir (Sulsel).
Dari uji coba tersebut ditemukan kelemahannya pada besaran panen. Srikandi Kuning 1 kunin biasa panen 7 ton hektar dan kandungan protein dan lemah tinggi. Ketika jagung itu dikawinkan dengan Guluk-guluk hanya menghasilkan 6,5 ton per hektar. Tetapi terdapat kelebihan dari kawin silang itu, berupa ukuran tongkol yang lebih panjang, yakni 15-18 cm. Ini memecahkan rektor tongkol guluk-guluk hanya 10-13 cm.
Dari segi masa panen, peneliti mengklaim jauh lebih baik jika dibandingkan dengan hibrida Pioneer yang menjadi favorit para petani di Jawa. Masa panen jagung ini sampai 100 hari, sementara jagung dari kawin silang hanya 65-75 hari per panen. Begitu juga tingkat ketahanan virus, jagun kawin silang lebih tahan virus. “Yang tidak kalah penting, persilangan Srikandi dan Guluk-guluk bisa ditanam di daerah sulit air atau daerah kering,” kata dia.
Bibit dari produk kawinsilang jagung tersebut dinamakan Gama GS dan Gama SG. GS berarti Guluk-guluk menjadi bibit betina (S) dan Srikandi Kuning 1 sebagai jantan (G), sebaliknya Gama SG berarti Srikandi Kuning 1 betina (S) dan Guluk-guluk sebagai jantan (G).
Dia berharap penelitiannya bisa membantu untuk meningkatkan semangat petani dalam bercocok tanam jagung dan hasilnya bisa ikut mendorong ketahanan pangan nasional (A-84/A-147)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar