Dia rela meregang nyawa demi menyelamatkan para penumpang.
Selasa, 22 April 2014, 06:41
VIVAnews - Di saat kemarahan keluarga penumpang
kapal feri milik Korea Selatan, Sewol, membuncah akibat ulah para kru
dan sang kapten, Lee Joon-seok, namun mereka tidak bisa membenci sosok
Park Jee Young.
Bagaimana tidak, salah satu kru kapal feri tujuan Incheon ke Pulau Jeju itu rela meregang nyawa demi menyelamatkan para penumpang.
Dilansir dari kantor berita CNN, Senin 21 April 2014, aksi heroik Jee Young disaksikan oleh banyak penumpang. Jee Young tampak membantu penumpang melarikan diri dan mendistribusikan jaket penyelamat. Hal itu dilakukan perempuan berusia 22 tahun tersebut, begitu mengetahui posisi kapal feri sudah miring.
Ketika kehabisan jaket penyelamat, dia lari ke lantai lainnya untuk mencari lebih banyak lagi jaket. Bahkan, Jee Young rela tidak mengenakan jaket penyelamat.
Saat seorang penumpang bertanya mengapa Jee Young tidak ikut memakai jaket penyelamat, dia mengatakan semua anggota kru menjadi prioritas terakhir. Menurut penjelasan dari media Korsel yang mengutip pernyataan para saksi, Jee Young lebih memikirkan untuk menolong penumpang lain terlebih dahulu, ketimbang menyelamatkan diri sendiri.
Akibatnya, nyawa Jee Young malah tidak tertolong dan jenazahnya kini tengah dibaringkan di rumah duka di kota Incheon. Jee Young menjadi satu dari 87 orang yang dinyatakan tewas saat kapal Sewol tenggelam. 215 penumpang lainnya masih dinyatakan hilang.
Di rumah duka, terpancar suasana kesedihan yang mendalam. Bunga lily dan krisan dikirim publik Korsel untuk menghormati Jee Young. Saking banyaknya bunga duka cita, semua dijejer sejak di koridor hingga ke ruang dibaringkannya jenazah.
Di dalam bunga itu terlihat beragam doa dan pesan yang ditujukan khusus bagi Jee Young, seperti "Kami tidak akan melupakan semangat mulia Anda". "Kami akan selalu mengingat pengorbanan Anda" dan "Pahlawan".
Seorang pria asing dengan luka di bagian kepala pun hadir di acara pemberian hormat bagi Jee Young. Saat ditanya oleh pihak keluarga, pria itu mengaku berutang kepada Jee Young.
Menurut dia, apabila Jee Young tidak memberi handuk di kepalanya yang berdarah dan membantunya ketika air mulai membanjiri kapal, maka dia tidak dapat berdiri di hadapan jenazah Jee Young.
Bahkan, sebuah petisi online mulai digerakkan untuk mendorong pemerintah memberi penghargaan Good Samaritan bagi Jee Young. "Dia memang bertanggung jawab dan begitu baik," ujar sang nenek, Jung Jee Kwon.
Kesedihan begitu melanda keluarga ini. Mereka semua menangis sambil menggenggam tangan Jee Young.
Tulang punggung keluarga
Menurut salah satu kerabatnya, Jee Young sebenarnya ingin melanjutkan kuliahnya. Namun, dia terpaksa meninggalkan kampusnya demi menjadi tulang punggung keluarga usai sang ayah tiada.
Lalu, di tahun 2012 silam, dia bergabung dengan perusahan feri yang mengoperasikan Sewol. Karena kerjanya dinilai bagus, maka Jee Young dipindahkan ke kapal feri yang lebih besar. Tercatat baru enam bulan dia bekerja di kapal itu.
Namun, nahas menimpa Jee Young pada Rabu, 16 April 2014. Kapal tiba-tiba miring dan tenggelam. Hal ini sangat mengejutkan banyak pihak terutama keluarga.
Terlebih kapten kapal, Lee Joon-seok, dan beberapa kru malah melarikan diri ketika kapal sudah dalam keadaan miring.
"Hal ini tidak adil bagi Jee Young kami. Dia terpaksa harus meninggal, sementara kapten malah melarikan diri," ujar sang bibi yang enggan disebut namanya.
Kini, proses pencarian terhadap korban hilang masih terus dilakukan. Sebanyak dua pertiga penumpang kapal merupakan pelajar SMA yang tengah menghabiskan liburan. (one)
Bagaimana tidak, salah satu kru kapal feri tujuan Incheon ke Pulau Jeju itu rela meregang nyawa demi menyelamatkan para penumpang.
Dilansir dari kantor berita CNN, Senin 21 April 2014, aksi heroik Jee Young disaksikan oleh banyak penumpang. Jee Young tampak membantu penumpang melarikan diri dan mendistribusikan jaket penyelamat. Hal itu dilakukan perempuan berusia 22 tahun tersebut, begitu mengetahui posisi kapal feri sudah miring.
Ketika kehabisan jaket penyelamat, dia lari ke lantai lainnya untuk mencari lebih banyak lagi jaket. Bahkan, Jee Young rela tidak mengenakan jaket penyelamat.
Saat seorang penumpang bertanya mengapa Jee Young tidak ikut memakai jaket penyelamat, dia mengatakan semua anggota kru menjadi prioritas terakhir. Menurut penjelasan dari media Korsel yang mengutip pernyataan para saksi, Jee Young lebih memikirkan untuk menolong penumpang lain terlebih dahulu, ketimbang menyelamatkan diri sendiri.
Akibatnya, nyawa Jee Young malah tidak tertolong dan jenazahnya kini tengah dibaringkan di rumah duka di kota Incheon. Jee Young menjadi satu dari 87 orang yang dinyatakan tewas saat kapal Sewol tenggelam. 215 penumpang lainnya masih dinyatakan hilang.
Di rumah duka, terpancar suasana kesedihan yang mendalam. Bunga lily dan krisan dikirim publik Korsel untuk menghormati Jee Young. Saking banyaknya bunga duka cita, semua dijejer sejak di koridor hingga ke ruang dibaringkannya jenazah.
Di dalam bunga itu terlihat beragam doa dan pesan yang ditujukan khusus bagi Jee Young, seperti "Kami tidak akan melupakan semangat mulia Anda". "Kami akan selalu mengingat pengorbanan Anda" dan "Pahlawan".
Seorang pria asing dengan luka di bagian kepala pun hadir di acara pemberian hormat bagi Jee Young. Saat ditanya oleh pihak keluarga, pria itu mengaku berutang kepada Jee Young.
Menurut dia, apabila Jee Young tidak memberi handuk di kepalanya yang berdarah dan membantunya ketika air mulai membanjiri kapal, maka dia tidak dapat berdiri di hadapan jenazah Jee Young.
Bahkan, sebuah petisi online mulai digerakkan untuk mendorong pemerintah memberi penghargaan Good Samaritan bagi Jee Young. "Dia memang bertanggung jawab dan begitu baik," ujar sang nenek, Jung Jee Kwon.
Kesedihan begitu melanda keluarga ini. Mereka semua menangis sambil menggenggam tangan Jee Young.
Tulang punggung keluarga
Menurut salah satu kerabatnya, Jee Young sebenarnya ingin melanjutkan kuliahnya. Namun, dia terpaksa meninggalkan kampusnya demi menjadi tulang punggung keluarga usai sang ayah tiada.
Lalu, di tahun 2012 silam, dia bergabung dengan perusahan feri yang mengoperasikan Sewol. Karena kerjanya dinilai bagus, maka Jee Young dipindahkan ke kapal feri yang lebih besar. Tercatat baru enam bulan dia bekerja di kapal itu.
Namun, nahas menimpa Jee Young pada Rabu, 16 April 2014. Kapal tiba-tiba miring dan tenggelam. Hal ini sangat mengejutkan banyak pihak terutama keluarga.
Terlebih kapten kapal, Lee Joon-seok, dan beberapa kru malah melarikan diri ketika kapal sudah dalam keadaan miring.
"Hal ini tidak adil bagi Jee Young kami. Dia terpaksa harus meninggal, sementara kapten malah melarikan diri," ujar sang bibi yang enggan disebut namanya.
Kini, proses pencarian terhadap korban hilang masih terus dilakukan. Sebanyak dua pertiga penumpang kapal merupakan pelajar SMA yang tengah menghabiskan liburan. (one)
© VIVA.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar