Jumat, 5 April 2013 | 15:18 WIB
KABUT menyelimuti Rumah Makan Bumi Aki di Pacet, Cianjur, menjelang waktu makan siang, Rabu (27/3/2013). Hujan yang membasahi tanah membuat udara kian dingin. Dari dapur, aroma sate kambing yang sedang dibumbui di atas panggangan arang membuat perut kian keroncongan.
Pesanan sate kambing, gurami cobek, dan sup buntut spesial belum tersaji di meja. Kami coba menahan rasa lapar dengan menikmati suasana di sekeliling restoran. Di balik kabut, Gunung Gede yang perkasa bersembunyi menyisakan bayangan lanskap indah.
Rabu siang itu, Bumi Aki, rumah makan di tepi Jalan Raya Puncak, ramai pengunjung. Mereka makan dan bercakap-cakap dengan penuh semangat. Saat itulah, seorang laki-laki, sekitar 60 tahun, datang lalu memainkan seruling bambu sepanjang setengah meter. Dari seruling itu melantun nada-nada ”Jembatan Merah”, ”My Way”, bahkan lagu Mandarin romantis ”Yue Liang Dai”.
Seusai pria itu memainkan lagu keempat, makanan yang kami pesan tiba di meja. Tidak ada bau prengus dari kepulan asap sate kambing. Dagingnya lembut, rasanya gurih lagi sedap. Sup buntutnya istimewa, bumbunya terasa kuat, dagingnya lembut.
Gurami cobek tak kalah. Lumuran bumbunya membuat olahan ikan itu makin menggoda. Santapan itu jadi teman menikmati kesejukan udara yang cenderung dingin di Puncak.
Bumi Aki menjadi ”puncak” reli makan kami di jalur Puncak, siang itu. Restoran ini ibarat menjadi etape ketiga. Dua etape atau pemberhentian sebelumnya juga adalah tempat memanjakan lidah sekaligus mata. Reli menyusuri jalur Jakarta-Cisarua-Cianjur-Jakarta.
Susu segar
Sebenarnya sekitar pukul 08.00 merupakan perhentian pertama kami di jalur reli makan Puncak di Cimory Resto Riverside di Megamendung, Bogor. Lokasi ini pas untuk sarapan, sekaligus menjajal yogurt, dan susu murni. Menu andalan yang disarankan pramusaji ialah Spiral Kanzler Sausage dan Ring Kanzlers Sausage. Masakan bersosis itu memang layak dicoba.
Seperti namanya, spiral sosis berbentuk spiral, berbahan baku daging ayam, disajikan bersama salad, kentang goreng yang dipotong tebal-tebal, nachos atau potongan keripik, dan saus tomat. Sajian Ring Kanzlers Sausage agak berbeda. Diameter sosisnya lebih besar, berbahan baku daging sapi. Dua menu itu tidak terlalu mengenyangkan sehingga masih ada ruang untuk mengatur ”napas” dan rongga perut, salah satu tantangan reli makan.
Sesudah perut terisi dan lidah dimanja kelezatan rasa dan kesegaran minuman, luangkan waktu berjalan-jalan di trek di sisi Sungai Ciliwung. Dari balkon restoran, pengunjung disuguhi pemandangan pinggir kali berair jernih berbatu-batu besar menyembul dari dasar sungai.
Buat yang suka memotret atau dipotret, manfaatkanlah latar pagar besi, lentera, lantai trek dari papan, atau lanskap Sungai Ciliwung berpohon lebat nan tinggi. Jauh berbeda dengan suasana Ciliwung di Jakarta yang butek dan bau tidak sedap.
Dua jam menjelang makan siang, kami singgah di Perkebunan Teh Gunung Mas, Cisarua. Lalu lintas jalur Puncak lancar pada hari kerja sehingga perjalanan dari lokasi yang satu ke lokasi berikut berkisar 20-30 menit. Di sini mata dimanjakan oleh hijau hamparan pohon teh. Anda bisa meluangkan waktu memetik daun teh dan melihat pengolahannya.
Di kedai peristirahatan, kami menikmati teh hijau panas dengan perasan lemon segar pas untuk menghilangkan penat. Ah, masih ada ruang di perut untuk tahu kuning goreng dengan irisan cabai rawit hijau dan kecap sebagai sambalnya. Hmm..., selera makan mulai dibangkitkan sebelum makan ”besar” di Bumi Aki, sekitar 8 kilometer dari Gunung Mas menuju Cianjur.
Godaan pisang
Selepas makan siang di Bumi Aki, kami memutar kendaraan balik arah ke Bogor. Di Desa Tugu, Cisarua, kami singgah ke The Grand Hill Bistro. Di sinilah etape terakhir, lokasi untuk menikmati makanan penutup. Sudah ada jeda waktu sekitar satu jam sejak makan siang. Konon, kata orang, di tempat ini Anda bisa mendapatkan pemandangan terbaik di Puncak.
Dari kursi sofa dekat jendela, kami menikmati pemandangan lekuk Jalan Raya Puncak dan kebun di sepanjang area ini. Chocolate Lava, Banana Split (es krim vanili, stroberi, cokelat, dan potongan pisang), serta Grilled Banana (pisang panggang dengan taburan keju dan meses) layak dicoba.
Bersantailah menikmati makanan. Sempurnakan dengan minuman panas atau dingin. Teh, kopi, jus, silakan. Jangan lupa menyempatkan mampir ke pohon cemara bercabang dua di samping restoran yang dinamai ”Pohon Jodoh”.
Hari menjelang petang, saatnya kembali ke Ibu Kota mempersiapkan diri bekerja esok hari. Untuk makan empat orang di empat lokasi itu, biaya yang dikeluarkan Rp 725.000. Belum termasuk Rp 100.000-Rp 125.000 untuk tarif jalan tol dan bahan bakar minyak. (Anthony Lee/Ambrosius Harto Manumoyoso/Andy Riza Hidayat/*)
Sarapan sambil melihat Sungai Ciliwung di Cimory Resto Riverside, Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/3/2013).
KABUT menyelimuti Rumah Makan Bumi Aki di Pacet, Cianjur, menjelang waktu makan siang, Rabu (27/3/2013). Hujan yang membasahi tanah membuat udara kian dingin. Dari dapur, aroma sate kambing yang sedang dibumbui di atas panggangan arang membuat perut kian keroncongan.
Pesanan sate kambing, gurami cobek, dan sup buntut spesial belum tersaji di meja. Kami coba menahan rasa lapar dengan menikmati suasana di sekeliling restoran. Di balik kabut, Gunung Gede yang perkasa bersembunyi menyisakan bayangan lanskap indah.
Rabu siang itu, Bumi Aki, rumah makan di tepi Jalan Raya Puncak, ramai pengunjung. Mereka makan dan bercakap-cakap dengan penuh semangat. Saat itulah, seorang laki-laki, sekitar 60 tahun, datang lalu memainkan seruling bambu sepanjang setengah meter. Dari seruling itu melantun nada-nada ”Jembatan Merah”, ”My Way”, bahkan lagu Mandarin romantis ”Yue Liang Dai”.
Seusai pria itu memainkan lagu keempat, makanan yang kami pesan tiba di meja. Tidak ada bau prengus dari kepulan asap sate kambing. Dagingnya lembut, rasanya gurih lagi sedap. Sup buntutnya istimewa, bumbunya terasa kuat, dagingnya lembut.
Gurami cobek tak kalah. Lumuran bumbunya membuat olahan ikan itu makin menggoda. Santapan itu jadi teman menikmati kesejukan udara yang cenderung dingin di Puncak.
Bumi Aki menjadi ”puncak” reli makan kami di jalur Puncak, siang itu. Restoran ini ibarat menjadi etape ketiga. Dua etape atau pemberhentian sebelumnya juga adalah tempat memanjakan lidah sekaligus mata. Reli menyusuri jalur Jakarta-Cisarua-Cianjur-Jakarta.
Susu segar
Sebenarnya sekitar pukul 08.00 merupakan perhentian pertama kami di jalur reli makan Puncak di Cimory Resto Riverside di Megamendung, Bogor. Lokasi ini pas untuk sarapan, sekaligus menjajal yogurt, dan susu murni. Menu andalan yang disarankan pramusaji ialah Spiral Kanzler Sausage dan Ring Kanzlers Sausage. Masakan bersosis itu memang layak dicoba.
Seperti namanya, spiral sosis berbentuk spiral, berbahan baku daging ayam, disajikan bersama salad, kentang goreng yang dipotong tebal-tebal, nachos atau potongan keripik, dan saus tomat. Sajian Ring Kanzlers Sausage agak berbeda. Diameter sosisnya lebih besar, berbahan baku daging sapi. Dua menu itu tidak terlalu mengenyangkan sehingga masih ada ruang untuk mengatur ”napas” dan rongga perut, salah satu tantangan reli makan.
Sesudah perut terisi dan lidah dimanja kelezatan rasa dan kesegaran minuman, luangkan waktu berjalan-jalan di trek di sisi Sungai Ciliwung. Dari balkon restoran, pengunjung disuguhi pemandangan pinggir kali berair jernih berbatu-batu besar menyembul dari dasar sungai.
Buat yang suka memotret atau dipotret, manfaatkanlah latar pagar besi, lentera, lantai trek dari papan, atau lanskap Sungai Ciliwung berpohon lebat nan tinggi. Jauh berbeda dengan suasana Ciliwung di Jakarta yang butek dan bau tidak sedap.
Dua jam menjelang makan siang, kami singgah di Perkebunan Teh Gunung Mas, Cisarua. Lalu lintas jalur Puncak lancar pada hari kerja sehingga perjalanan dari lokasi yang satu ke lokasi berikut berkisar 20-30 menit. Di sini mata dimanjakan oleh hijau hamparan pohon teh. Anda bisa meluangkan waktu memetik daun teh dan melihat pengolahannya.
Di kedai peristirahatan, kami menikmati teh hijau panas dengan perasan lemon segar pas untuk menghilangkan penat. Ah, masih ada ruang di perut untuk tahu kuning goreng dengan irisan cabai rawit hijau dan kecap sebagai sambalnya. Hmm..., selera makan mulai dibangkitkan sebelum makan ”besar” di Bumi Aki, sekitar 8 kilometer dari Gunung Mas menuju Cianjur.
Godaan pisang
Selepas makan siang di Bumi Aki, kami memutar kendaraan balik arah ke Bogor. Di Desa Tugu, Cisarua, kami singgah ke The Grand Hill Bistro. Di sinilah etape terakhir, lokasi untuk menikmati makanan penutup. Sudah ada jeda waktu sekitar satu jam sejak makan siang. Konon, kata orang, di tempat ini Anda bisa mendapatkan pemandangan terbaik di Puncak.
Dari kursi sofa dekat jendela, kami menikmati pemandangan lekuk Jalan Raya Puncak dan kebun di sepanjang area ini. Chocolate Lava, Banana Split (es krim vanili, stroberi, cokelat, dan potongan pisang), serta Grilled Banana (pisang panggang dengan taburan keju dan meses) layak dicoba.
Bersantailah menikmati makanan. Sempurnakan dengan minuman panas atau dingin. Teh, kopi, jus, silakan. Jangan lupa menyempatkan mampir ke pohon cemara bercabang dua di samping restoran yang dinamai ”Pohon Jodoh”.
Hari menjelang petang, saatnya kembali ke Ibu Kota mempersiapkan diri bekerja esok hari. Untuk makan empat orang di empat lokasi itu, biaya yang dikeluarkan Rp 725.000. Belum termasuk Rp 100.000-Rp 125.000 untuk tarif jalan tol dan bahan bakar minyak. (Anthony Lee/Ambrosius Harto Manumoyoso/Andy Riza Hidayat/*)
Sumber :Kompas Cetak
Editor :I Made Asdhiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar