Senin, 26 Mei 2008

Kapasitas Otak pada Umumnya Dipakai 1 Persen

BANDUNG, (PR).-
Direktur Brainic Institute yang juga pengarang buku Be an Absolute Genius, Sutanto Windura mengatakan, potensi dan kemampuan otak manusia pada dasarnya sama. Bahkan, semua anak adalah genius absolut.

"Tidak ada anak yang bodoh, hanya sebagian besar otak kita tidak terlatih. Bayangkan, pada umumnya potensi dan kapasitas otak manusia hanya dipakai kurang dari 1 persen, sisanya tidak pernah dipakai dan dilatih dengan baik," kata Sutanto dalam diskusi dan bedah buku terbatas Be an Absolute Genius di Toko Buku Gramedia, Jln. Merdeka Bandung, Sabtu (24/5).

Menurut Sutanto, jika saja manusia menggunakan 8 persen kapasitas dan potensi otaknya, dia akan menjadi profesor dan ahli dalam berbagai bidang. Dia pun akan mampu menguasai sedikitnya 18 bahasa asing.

Sutanto yang kerap disebut sebagai pelatih otak ini menuturkan, kecerdasan seseorang sebenarnya tidak ditentukan oleh IQ yang tinggi. Salah besar jika hanya anak ber-IQ tinggi yang dikatakan genius.

"Apakah dengan IQ tinggi dia bisa berhasil dalam hidupnya? Berhasil dalam hal akademik mungkin sebab IQ hanya ditentukan oleh dua elemen kecerdasan di dalam otak, yakni bahasa dan logika. Sementara secara keseluruhan, otak memiliki 8 elemen kecerdasan, termasuk kecerdasan bergaul, bergerak, dan lain-lain," tuturnya.

Menurut Sutanto, semua orang bisa menjadi genius asalkan otaknya dikelola dengan baik. Keseimbangan otak kanan dan otak kiri harus dijaga agar keduanya bisa bekerja secara seimbang. Otak pun harus dibiarkan bekerja secara alami sesuai dengan fungsi otak sebagaimana mestinya.

"Sistem pembelajaran di sekolah yang konvensional mayoritas hanya mengoptimalkan kerja otak kiri dengan menjejali materi pembelajaran tanpa diberi tahu bagaimana cara belajar," ungkapnya.

Padahal, kata Sutanto dengan menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri maka hasil pembelajaran yang diperoleh akan maksimal. Keseimbangan antara kemampuan otak kiri dalam mengenal tulisan, bahasa, angka, menganalisis, logika, dan hitungan, dengan kemampuan kerja otak kanan yang mengatur konseptual, seni/musik, gambar, warna, emosi, imajinasi, dimensi, sampai melamun akan menghasilkan manusia genius.

"Tidak perlu terus memberikan materi pelajaran yang berjubel dan hanya menyuruh siswa untuk mencatat. Sesekali biarkan daya imajinasi anak berkembang. Lakukan berbagai cara pengajaran dan diselingi dengan praktik," katanya.

Kendati demikian, Sutanto mengaku cukup sulit mengubah cara belajar konvensional di sekolah. Solusinya adalah orang tua harus tahu dan paham bagaimana mengoptimalkan kemampuan anak dalam belajar di rumah. Bagaimana agar anak menyukai belajar seperti halnya mereka menyukai Play Station dan nonton kartun.

"Libatkan selalu otak kanan dalam setiap pembelajaran anak. Analogkan dengan gambar, warna, dimensi, atau ruang sehingga lebih mudah diingat. Tekankan juga mengenai manfaat satu mata pelajaran jika anak sudah tidak suka dengan mata pelajaran tersebut. Ciptakan suasana positif dalam belajar, jadikan belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan," tuturnya. (A-157)***

Tidak ada komentar: